Dinamika Perang Hamas-Israel: Palestina Antara Diplomasi dan Normalisasi

Konflik antara Israel dan Hamas yang berlangsung sejak pekan lalu masih berlanjut hingga hari ini, dengan ribuan korban jiwa dari kedua belah pihak dan dampak serius terhadap fasilitas medis dan rumah penduduk.

Pengamat hubungan internasional, Sya’roni, mengungkapkan bahwa situasi ini dimanfaatkan oleh sejumlah pihak. Dia mencatat bahwa Mahmoud Abbas, ketua umum faksi politik Fatah, telah mendukung serangan Hamas ke Israel. Fatah dan Hamas, meskipun sering terlibat dalam perselisihan, memiliki musuh bersama, yaitu Israel, yang menduduki wilayah Palestina.

Bacaan Lainnya

Sya’roni menjelaskan perbedaan pendekatan antara Fatah dan Hamas dalam perjuangan memerdekakan Palestina. Fatah cenderung mengedepankan diplomasi, sementara Hamas memilih pendekatan militer.

Namun, menurut pengamat dari Universitas Indonesia tersebut, jalan diplomasi selama ini belum terbukti efektif, terutama dengan munculnya upaya normalisasi antara Arab Saudi dan Israel. Israel berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Arab Saudi melalui Abraham Accord yang diusulkan oleh Amerika Serikat.

Pada awal Oktober, Putra Mahkota dan Perdana Menteri Saudi, Mohammad bin Salman, menyatakan bahwa hubungan antara Saudi dan Israel semakin dekat, menggiring pertanyaan tentang kemungkinan normalisasi. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bahkan menargetkan normalisasi penuh dengan Saudi pada tahun depan.

Saudi telah mensyaratkan kemerdekaan Palestina sebagai syarat untuk normalisasi. Namun, pernyataan Netanyahu yang menyiratkan bahwa normalisasi tidak akan datang dengan imbalan apapun bagi Palestina menimbulkan kontroversi.

Dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB, Netanyahu bahkan memamerkan peta baru Israel yang mencakup Gaza dan Tepi Barat dengan label “New Middle East.” Ia menggambarkan potensi perubahan besar di Timur Tengah jika normalisasi dengan Saudi berhasil.

Sya’roni menyatakan bahwa saatnya bagi Palestina untuk menunjukkan bahwa mereka harus diperhitungkan dalam upaya normalisasi ini. Dia menegaskan bahwa kepemimpinan Fatah yang saat ini tidak dihiraukan perlu mengambil tindakan. Abbas berupaya memanfaatkan situasi ini untuk membuktikan bahwa eksistensi Palestina harus diakui oleh negara-negara adidaya, termasuk Amerika, Eropa, dan wilayah sekitar.

Pos terkait